Monday, September 2, 2024

Kemudahan dalam Islam

 

 *Surah Al-Baqarah (2:286):* "Allah tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya."


 *Surah Al-Hajj (22:78):"Da* n berjihadlah di jalan Allah dengan jihad yang sebenar-benarnya. Dia telah memilih kamu dan tidak menjadikan untukmu dalam agama suatu kesulitan..."


Dari Abu Hurairah RA, Nabi Muhammad SAW bersabda: "Sesungguhnya agama ini mudah, dan tidak ada seorang pun yang membuat agama ini menjadi keras kecuali ia akan kalah." ( *HR. Bukhari dan Muslim*


Muhammad SAW bersabda:"Kemudahanlah dalam agama dan janganlah kamu menyulitkan orang-orang, serta berikanlah kabar gembira dan janganlah kamu membuat orang-orang lari (dari agama)." *(HR. Bukhari dan Muslim)*


Nabi Muhammad SAW bersabda:"Jika aku memerintahkan sesuatu kepada kalian, maka lakukanlah semampu kalian." *(HR. Bukhari dan Muslim)*

Syarat jamak

 

 *Pandangan Mayoritas Ulama* : Jarak minimal yang diperbolehkan biasanya sekitar 80-90 km dari tempat tinggal. Pandangan ini diambil dari praktik dan ketentuan yang diterima dalam banyak mazhab.


 *Pandangan Mazhab Hambali:* Beberapa ulama dari mazhab Hambali memperbolehkan sholat jamak dalam jarak yang lebih pendek, yaitu sekitar 48 km.


 *Pandangan  Wahabi Salafi*  jarak yang diperbolehkan untuk melaksanakan sholat jamak saat bepergian biasanya dianggap sekitar 80-90 km dari tempat tinggal. Pendapat ini mengikuti panduan mayoritas ulama


 *Pandangan Syafi'i:* Dalam mazhab Syafi'i, sholat jamak dapat dilakukan saat bepergian jika perjalanan tersebut dianggap sebagai perjalanan yang panjang dan memerlukan kemudahan dalam pelaksanaan ibadah, tanpa penekanan pada jarak tertentu.


 *Pendapat Modern dan Kontemporer:* Beberapa ulama kontemporer dan penafsir cenderung menekankan niat dan keadaan perjalanan. Mereka mungkin tidak menentukan jarak yang spesifik tetapi lebih menilai keadaan perjalanan, seperti kesulitan atau jarak yang dianggap berat oleh orang yang bepergian.

Perintah wudlu dan tayamum ada dalam alquran


 *Surah Al-Ma'idah (5:6)* 

"Wahai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan sholat, maka basuhlah wajahmu dan tanganmu sampai ke siku, dan sapulah kepalamu dan (basuhlah) kakimu sampai kedua mata kaki. Jika kamu sakit atau dalam perjalanan atau kembali dari tempat buang air atau kamu telah menyentuh perempuan, lalu kamu tidak mendapatkan air, maka bertayamumlah dengan tanah yang baik (suci); sapulah wajahmu dan tanganmu dengan tanah itu..."

HARAP DAN TAKUT


 TENTANG TAKUT

Pada bahagian ini, menerangkan hakikat takut, menerangkan derajat-derajat takut, menerangkan berbagai macam takut, menerang- kan tentang keutamaan takut, menerangkan yang lebih utarna antara takut dan harap, menerangkan obat takut, menerangkan "Su'ul Khaati- mah" (buruk akhir hayat) dan menerangkan tentang hal ihwal Nabi-nabi yang takut -semoga rahmat ta'dzim atas mereka-dan orang-orang yang shalih-semoga rahmat Allah kepada mereka.-


Dan kita bermohon kepada Allah akan kebaikan dan petunjukNya.


A. Penjelasan tentang Hakikat Takut


Ketahuilah kiranya, bahwa takut itu ibarat dari sakit dan terbakar- nya hati, disebabkan terjadinya sesuatu yang dibenci pada masa yang akan datang. Maka yang ini telah jelas pada penjelasan hakikat harap. Dan orang yang jinak hatinya kepada Allah, hatinya memiliki atas ke- benaran dan ia menjadi putra zamannya, yang menyaksikan indahnya kebenaran secara terus-menerus, niscaya tidak ada baginya untuk me- nengok kepada masa yang akan datang. Maka tidak ada baginya takut dan harap. Akan tetapi, jadilah keadaannya lebih tinggi daripada takut dan harap.


Maka sesungguhnya takut dan harap itu dua kendali yang mencegah diri dari keluar kepada kebodohan-kebodohannya. Dan kepada inilah, diisyaratkan oleh Al Wasithi, di mana ia berkata: "Takut itu dinding (hi- jab) antara Allah Ta'ala dan antara hamba. Al-Wasithi juga berkata: "Ketika telah tampak kebenaran atas kejelekan-kejelekan, maka tidak tertinggallah di dalamnya keutamaan bagi harap dan takut."


Maka kesimpulannya, bahwa orang yang mencintai, apabila hati- nya sibuk menyaksikan pada yang dicintai dengan takut adanya per- pisahan, niscaya adalah yang demikian itu kekurangan pada penyaksian kepada Allah. Dan sesungguhnya terus-menerusnya penyaksian, adalah maqam (tingkat) yang penghabisan. Akan tetapi, kita sekarang, akan memperkatakan, mengenai tingkat permulaan. Maka kami mengatakan: Bahwa hal-ihwal takut itu juga tersusun dari: Ilmu, hal-ihwal dan amal.



Kejawen dan tasawuf


**Kejawen** dan **Tasawuf** adalah dua konsep spiritual yang memiliki akar dan perkembangan yang berbeda, tetapi keduanya mengandung unsur mistisisme dan pencarian spiritual.


### Kejawen


Kejawen adalah sistem kepercayaan dan praktik spiritual yang berkembang di budaya Jawa. Istilah ini berasal dari kata "Jawa" dengan akhiran "-an" yang berarti "hal-hal yang berkaitan dengan Jawa". Kejawen bukanlah agama formal, tetapi lebih merupakan filosofi hidup dan pandangan spiritual yang mencakup berbagai aspek kehidupan. Beberapa ciri utama dari Kejawen meliputi:


1. **Sinkretisme**: Kejawen cenderung menggabungkan elemen dari berbagai agama, seperti Hindu, Buddha, dan Islam, serta kepercayaan animisme asli Jawa.

2. **Spiritualitas Lokal**: Kejawen sangat berakar pada tradisi dan adat istiadat Jawa, menghormati leluhur dan kekuatan-kekuatan alam.

3. **Harmoni dan Keseimbangan**: Kejawen menekankan pentingnya harmoni antara manusia dengan alam dan dengan diri sendiri, serta keseimbangan antara jasmani dan rohani.

4. **Meditasi dan Kontemplasi**: Praktik-praktik meditasi dan kontemplasi digunakan untuk mencapai pemahaman diri yang lebih dalam dan kedekatan dengan Yang Maha Kuasa, yang dalam konteks Kejawen sering disebut sebagai "Sangkan Paraning Dumadi" (asal mula dan tujuan hidup).


### Tasawuf


Tasawuf, atau sufisme, adalah cabang mistisisme dalam Islam yang menekankan aspek batin dari agama dan pencarian pengalaman langsung dengan Tuhan (Allah). Tasawuf berkembang di berbagai wilayah Islam dan memiliki beberapa ciri utama:


1. **Ihsan (Kesempurnaan Spiritual)**: Salah satu tujuan utama tasawuf adalah mencapai "ihsan", yaitu menyembah Allah seolah-olah melihat-Nya, dan jika tidak bisa melihat-Nya, maka yakinlah bahwa Allah melihatnya.

2. **Zikir dan Kontemplasi**: Praktik spiritual seperti zikir (pengulangan nama Allah) dan meditasi adalah bagian penting dari tasawuf untuk membersihkan hati dan mendekatkan diri kepada Allah.

3. **Guru (Syekh) dan Murid**: Dalam tasawuf, hubungan antara guru (syekh) dan murid sangat penting. Murid belajar dan berkembang di bawah bimbingan spiritual dari seorang syekh yang dianggap memiliki pengetahuan dan pengalaman spiritual lebih tinggi.

4. **Fana dan Baqa**: Konsep "fana" (lenyapnya ego) dan "baqa" (keberadaan dalam Tuhan) adalah tujuan spiritual dalam tasawuf. Sufisme mengajarkan bahwa seseorang harus melampaui ego dan keinginan duniawi untuk menyatu dengan Tuhan.


### Kesamaan dan Perbedaan


- **Kesamaan**: Kejawen dan tasawuf sama-sama menekankan pencarian kedekatan dengan Tuhan dan praktik-praktik spiritual seperti meditasi dan kontemplasi. Keduanya juga cenderung memandang kehidupan dengan perspektif yang lebih mendalam dan spiritual, melampaui hanya aspek-aspek ritualistik.

  

- **Perbedaan**: Kejawen lebih berfokus pada tradisi lokal Jawa dan memiliki elemen sinkretisme yang kuat, sementara tasawuf sangat terkait dengan ajaran Islam dan teologi Islam. Kejawen lebih fleksibel dalam hal doktrin dan lebih terikat pada adat istiadat dan budaya Jawa, sedangkan tasawuf memiliki struktur yang lebih sistematis dan terpadu dalam kerangka Islam.

Sampun.. nek kumat ditambah mane sesuk 😔